Senin, 29 November 2021

Tiada SepertiMu

Hatiku masih seperti bubuk. Tiap teringat kenangan tentang dia, aku selalu ingin menangis. Setiap jalan, benda, momen, mengingatkanku padanya. Rasanya ingin pindah dari Hana City. Ingin melarikan diri dari semua kenangan yang ada. Pesan tiket KA pun, keingat dia. Semangatku patah, mengeringkan tulangku. Sisi lain aku merasa lega, meski terkadang bingung mengapa lega? Aku tersakiti. Ego, gambar diri, harga diriku terluka. Luka yang besar, sangat besar. Amat besar.

Siang ini, mataku masih berkaca-kaca teringat momen dengan dia. Aku selalu ingin menangis. Mataku bengkak, suhu badanku naik, kepala terasa berat.

TIba-tiba aku teringat lagu pujian, "AnugrahMu kepadaku tak pernah berubah. PerbuatanMu terlukiskan di dalam hatiku. Tercengangku dibuatMu, kukagum padaMu. Tak henti setiap nafasku menyembahMu s'lalu."

Lucu rasanya. Malam kemarin dan pagi ini, aku tidak bersemangat menemui Tuhan. Aku hanya membaca Firman tanpa mengerti apapun dan sambil menangis, tapi lagu itu yang terlintas. Aku merasa konek dengan pemazmur. Aku sering tidak mengerti, kenapa pemazmur begitu memuji dan menyembah Tuhan setiap saat. Di saat mereka mengeluh, tertekan, kecewa, sedih, mereka tetap memuji Tuhan, selalu mengagungkan Tuhan dan mendeklarasikan Tuhan satu-satunya tuhan. Meski banyak kejadian yang tidak menyenangkan, tapi perbuatanNya melekat di hati mereka.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar